Candi
Borobudur merupakan candi Buddha terbesar di dunia dan ditemukan oleh Pasukan
Inggris pada tahun 1814 dibawah pimpinan Sir Thomas Stanford Raffles. Candi
Borobudur dibangun pada abad ke-8 dan ke-9 oleh dinasti Sailendra. Pembangunan
candi menggunakan sistem interlock
(saling kunci) yaitu seperti balok-balok lego yang bisa menempel tanpa perekat.
Batu-batu ini disatukan dengan tonjolan dan lubang yang tepat dan muat satu
sama lain, serta bentuk “ekor merpati” yang mengunci dua blok batu. Sedangkan
relief dibuat di lokasi setelah struktur bangunan dan dinding rampung. Tujuan
pembangunan candi Borobudur adalah sebagai tempat pemujaan Buddha dan tempat
ziarah, dimana tempat ini berisi petunjuk agar manusia menjauhkan diri dari
nafsu dunia dan menuju pencerahan dan kebijaksanaan menurut Buddha.
Borobudur
dibangun dengan gaya Mandala yang mencerminkan alam semesta dalam kepercayaan
Buddha. Struktur bangunan ini berbentuk kotak dengan empat pintu masuk dan
titik pusat berbentuk lingkaran. Jika dilihat dari luar hingga ke dalam terbagi
menjadi dua bagian yaitu alam dunia yang terbagi menjadi tiga zona di bagian
luar, dan alam Nirwana di bagian pusat.
Zona
pertama, yaitu Kamadhatu (alam dunia yang terlihat dan
sedang dialami oleh manusia sekarang), zona kedua, yaitu Rupadhatu (alam peralihan, dimana manusia telah
dibebaskan dari urusan dunia), dan zona ketiga, yaitu Arupadhatu (alam tertinggi, rumah Tuhan).
http://borobudurpark.com/temple/borobudur/
Untuk menuju ke Candi Borobudur, dari Rumah Doa Bukit Rhema kami melewati Jl. Ngadiharjo. Perjalanan yang dibutuhkan sekitar 10 menit. Saat kami kesini bertepatan dengan long weekend, sehingga tidak mengherankan jika sebelum masuk area parkir akan disambut dengan kemacetan kendaraan mengantre untuk masuk. Banyak bus pariwisata dan kendaraan pribadi yang mengantre parkir. Beruntung kami segera menemukan tempat parkir yang ok, sehingga kami tinggal berjalan lurus sedikit untuk menuju pintu masuk candi Borobudur.
Sebelum
masuk kami diharuskan membeli tiket masuk terlebih dahulu. Untuk usia 10 tahun
ke atas, tarif wisatawan nusantara alias dari Indonesia, yaitu sebesar Rp
40.000/orang. Kami pun masuk setelah menyerahkan tiket ke petugas. Di sebelah
kiri pintu masuk terdapat information centre yang terdapat miniatur dan beberapa foto
tentang sejarah candi Borobudur. Berjalan lagi ke arah kiri akan dijumpai
beberapa gajah lucu yang bisa ditunggangi pengunjung. Ingin sekali merasakan
sensasi menunggangi gajah, namun karena saya kasihan dengan gajahnya kalau
semisal saya tunggangi dan karena saat itu juga panas sekali, maka saya hanya foto dari jauh saja. :)
Di
saat long weekend
seperti sekarang ini, candi Borobudur akan penuh sesak dengan pengunjung baik
domestik maupun mancanegara. Sebelum naik ke pelataran candi Borobudur yaitu di
pintu timur candi Borobudur ada aturan yang harus dipatuhi, yakni bagi wisatawan
yang memakai celana pendek dan rok mini diharuskan mengenakan sarung. Hal ini
bermaksud untuk menghormati situs suci umat Buddha tersebut. Namun tenang,
karena wisatawan tidak perlu repot-repot membawa sarung dari rumah (hehe..) karena
beberapa meter sebelum naik ke pelataran candi Borobudur terdapat pos petugas
yang menyediakan kain sarung bermotif
batik khas Borobudur, tapi jangan lupa dikembalikan yaa saat di pintu keluar
nanti :)
Kemegahan
candi Borobudur akan terlihat semakin jelas setelah sampai di pelataran candi. Namun
banyaknya wisatawan membuat kami sulit untuk menemukan spot foto yang tidak
terlalu ramai. Bisa dibayangkan bukan gimana kesalnya jika foto tapi background-nya
malah orang-orang yang berlalu-lalang di belakang kita. :( Akhirnya kita
berjalan memutar dan naik melalui pintu selatan candi. Disini pengunjung tidak terlalu
ramai sehingga kami bisa foto-foto dengan nyaman tanpa gangguan (hehe..).
Berjalan lagi memutar ke barat kemudian
kami naik sampai di area stupa utama candi.
Pemandangan dari atas candi Borobudur sangat indah, tampak taman disekitar candi yang ditumbuhi berbagai macam pohon dan bunga. Walaupun matahari juga sangat bersinar cerah alias panas sekali, tapi kami sangat menikmati suasana dari atas sini. Bagi pengunjung yang berfoto-foto di candi Borobudur juga terdapat aturan yang harus dipatuhi termasuk saya, yakni dilarang duduk atau memanjat stupa, dilarang memasukkan tangan ke stupa dan dilarang corat-coret di candi serta tetap menjaga kebersihan. Selain itu pengunjung juga diharapkan berhati-hati saat berfoto agar tidak terpeleset dan jatuh, dikarenakan bagian atas candi tidak memiliki pembatas.
Pengunjungnya rame banget..