Friday, May 19, 2017

Monumen Kresek, Madiun

Bulan puasa hampir tiba, yaa..kira-kira tinggal beberapa hari lagi. Seperti yang biasa kami lakukan di tahun-tahun sebelumnya yaitu saat menjelang bulan puasa kami biasanya nyekar dulu ke makam saudara-saudara. Setelah ke Lumajang dan minggu kemarin ke Lamongan, beberapa hari yang lalu sambil memanfaatkan tanggal yang berwarna merah kami sekeluarga (saya, suami, ibu dan ayah mertua) lanjut nyekar ke Kediri, ke makam Eyang Uti dan Eyang Kung.

Niat awal kesana adalah nyekar dan sebelum pulang mampir ke Kertosono ke rumah adiknya Eyang Uti (bisa dibilang Eyang juga sih..hehe) setelah itu kembali ke Surabaya.  Tapi ternyata saat udah nyampe di rumah Eyang Kung di Kertosono, beliau mengajak kita liat monumen Kresek. Hmmm... Monumen Kresek?? Terlintas di bayangan saya monumen tersebut berupa tugu yang terbuat dari kumpulan kresek. Apa iya?? (Hmm..mulai berimajinasi). Karena penasaran dan Eyang Kung juga pengen banget kesana, akhirnya kita pun berangkat ke sana. Ok deh, mari kita buktikan seperti apa itu Monumen Kresek yang sampe bikin Eyang Kung pengen banget kesana. Cusssss....

Singkat cerita dari Kertosono kita menuju Madiun dengan waktu perjalanan sekitar 2 jam. Dari kota Madiun kita menuju ke arah timur kota Madiun menuju Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun. Wait!! Desa Kresek?? Hm,. mungkin dinamakan Monumen Kresek karena terletak di Desa Kresek, bisa jadi. Ok, satu clue udah dapat. Tapi bentuk Monumennya seperti apa?? Baiklah lanjut perjalanan. Jarak tempuhnya sekitar 8 km. Disepanjang jalan menuju Desa Kresek di sisi kanan kiri terlihat hutan Jati. Wah, gak bayangin kalo malam pasti gelap banget ini. Hiiiii....

Singkat cerita kita sampai disana (dari tadi singkat cerita mulu tapi malah semakin panjang ceritanya..haha). Dari luar tampak taman hijau yang cukup luas, fasilitas bermain anak, pendopo dan kios kuliner. Ternyata bangunan monumen Kresek merupakan monumen yang menggambarkan keganasan PKI (Partai Komunis Indonesia) di tahun 1948. Dibangun dari tahun 1987 dan selesai tahun 1991 diatas tanah seluas 3,3 Ha. Tujuan pembanguan monumen adalah untuk mengenang peristiwa pembantaian dan pemberontakan tersebut. Namun sekarag juga dijadikan obyek wisata yang banyak dikunjungi masyarakat sebagai tempat rekreasi.





Di dekat pintu masuk sebelah selatan terdapat prasasti batu ukiran nama-nama prajurit TNI POLRI, Pamong Praja, tokoh masyarakat dan guru yang menjadi korban keganasan PKI. Di depan prasasti ukiran nama-nama korban juga terdapat sumur tempat pembuangan korban keganasan PKI yang telah ditutupi dan dibuat relief korban-korban diatasnya. Hm,.serem yaa..



Di samping prasasti dan sumur tadi terdapat pendopo dimana pendopo tersebut merupakan bekas rumah penduduk yang dijadikan markas PKI sebagai ajang pembantaian para korban keganasan PKI.


Berjalan lagi ke arah air mancur ada tangga naik ke atas bangunan yang masing-masing berjumlah 17, 8, dan 45. Dimana jumlah tersebut menunjukkan tanggal 17-08-45 sebagai hari kemerdekaan negara Indonesia. Bangunan yang paling atas terdapat patung Muso membawa pedang yang ingin memenggal kepala seorang kyai yang dikenal dengan nama Husen. Kyai Husen adalah seorang kyai yang arif dan bijak (begitu yang tertulis). Beliau merupakan anggota DPRD kabupaten Madiun tahun 1948.


Disebelah barat bangunan patung Muso ada relief yang menggambarkan proses pemberontakan yang dilakukan oleh PKI sekaligus penumpasannya yang dilakukan oleh Devisi Siliwangi dipimpin oleh Kolonel Sadikin dan Devisi Jawa Timur yang dipimpin oleh Kolonel Sungkono.


Di sebelah timur bangunan patung Muso ada bangunan patung anak-anak korban PKI yang menuntut bela kepada pemerintah Indonesia agar menumpas kegiatan PKI di Madiun.



Mengunjungi Monumen Kresek perasaan saya rasanya campur aduk antara sedih, marah dan ngeri. Tapi satu hal yang pasti, Monumen Kresek merupakan kenangan pahit yang ditimbulkan oleh PKI yang tidak boleh dilupakan atau terlupakan dan harus diingat oleh generasi muda bangsa dalam memperjuangkan tegaknya Pancasila dan UUD 1945. Dari sini kami juga belajar lagi tentang sejarah bangsa Indonesia.

Setelah berkeliling di sekitar monumen sekarang terjawab sudah rasa penasaran Eyang Kung dan saya yang ketularan penasaran. Lumayan bisa dihitung liburan juga. Karena liburan itu gak melulu soal pantai dan gunung tapi juga lebih mengenal sejarah bangsa. "Kenali dan cintai bangsa dan negaramu sendiri sebelum kamu mulai BERANI mengaku kenal dan cinta budaya bangsa dan negara lain" #reminder #selfreminder #kodekeras.

Menyenangkan sekali liburan tipis-tipis kali ini bisa sambil belajar sejarah Indonesia. Sepanjang perjalanan pulang kembali ke Surabaya, ayah mertua banyak cerita pengalaman hidup juga termasuk saat ramainya PKI di Indonesia, karena ternyata Eyang Kung itu dulu adalah seorang pejuang '45 (pantas saja di makam Eyang Kung ada bendera Merah Putih dan satu-satunya di areal makam tersebut yang ada bendera Merah Putihnya). Saya sebagai cucunya sangat bangga dengan perjuangan Eyang Kung dan Eyang Uti, dimana beliau setia mendampingi Eyang Kung di kondisi apapun. Alhamdulillah perjalanan hari ini tidak hanya menyenangkan tapi juga penuh kesan :)


No comments:

Post a Comment