Wednesday, February 21, 2018

Mengunjungi Rumah Doa Bukit Rhema, Rumah Segala Bangsa, Magelang

Salah satu tempat yang paling berkesan saat liburan ke Jogja kemarin adalah di Rumah Doa Rhema. Awalnya saya tidak begitu tertarik untuk mengunjunginya karena perjalanan menuju ke Punthuk Setumbu saja sudah memakan banyak energy saya yang belum sempat sarapan saat berangkat. Tapi karena suami ingin sekali melihat Rumah Doa Rhema secara langsung jadi saya sebagai istri mengalah saja, tapi dengan syarat jalan kakinya pelan-pelan saja. Bukan tanpa sebab saya bilang seperti itu karena saat itu saya memakai flat shoes yang notabene-nya tidak cocok untuk naik turun bukit dengan jalan setapak yang licin dan agak becek. 


Untuk menuju ke Rumah Doa Rhema dari lokasi puncak di Puthuk Setumbu harus turun bukit sekitar 5 menit dengan berjalan kaki di jalan setapak yang agak licin karena embun. Akhirnya perjalanan yang harusnya 5 menit jadi 10 menit, itupun sempat digendong beberapa kali karena flat shoes saya mengisyaratkan bahwa ia akan jebol (haha..).


Sesampainya disana yang terlihat pertama kali adalah sebuah bangunan baru yang cukup modern. Itu rumah atau apa, pikir saya. Setelah membeli tiket sebesar Rp 15.000/orang (dapat free makanan tradisional) saya berjalan lurus kedepan dan ternyata yang kita jumpai pertama kali itu adalah bagian belakang bangunan yang sudah direnovasi. Sekilas bangunan ini terlihat seperti ayam padahal awal pembangunannya Rumah Doa ini akan dibuat mirip burung merpati. Bukan tanpa sebab karena burung merpati merupakan lambang dari perdamaian tetapi pengerjaan berhenti dikarenakan kurangnya biaya sehingga sisi depan berbentuk mirip kepala ayam dan sisi belakang berbentuk ekor. Sehingga banyak warga sekitar yang menyebutnya dengan Gereja Ayam.


Rumah Doa Bukit Rhema Tampak Depan















Setelah puas melihat-lihat sisi depan, kami pun masuk ke dalam bangunan. Saat kami menyerahkan tiket ke petugas  kemudian dijelaskan bahwa Rumah Doa Rhema ini adalah rumah segala bangsa, yakni bahwa semua agama bisa berdoa disini, bahkan disini juga menyediakan mushala untuk yang beragama Islam. Disebelah kanan pintu masuk terdapat tangga menuju puncak bangunan, disebelah kiri pintu masuk terdapat basement tempat ruang doa dan mushalla, di lantai dua merupakan tempat untuk penukaran tiket dengan makanan yang disediakan dan di lantai tiga terdapat café. Dikarenakan kami berdua yang sangat lapar dan lelah karena telah berjalan naik turun bukit maka kami memutuskan untuk ke bagian belakang bangunan terlebih dahulu (FYI pintu masuk ada di sebelah kiri bangunan dari depan). Saya sangat ingin segera menukarkan tiket dengan makanan tapi apa daya suami penasaran ingin melihat basement dulu. Hikss,.baiklah saya mengalah lagi.



Ruang Tengah


Salah Satu Foto yang Terdapat di Ruang Tengah



Di basement saya dibuat terkejut dengan keberadaan ruang doa disana. Sekilas mirip seperti goa buatan dengan banyak ruangan yang tersedia dilengkapi dengan pintu kecil. Ruang tersebut merupakan ruang berdoa untuk semua umat di Indonesia dan di dunia yang berkunjung di tempat ini. Suasana ruang doa disini sangat sunyi dan tenang. Adanya banyak ruang doa disini tidak mengherankan karena slogan dari bangunan ini adalah The House Of Prayer For All Nation. Disalah satu sudut ruangan juga terdapat Wall Of Hope tempat menuliskan permohonan dan barisan doa.



Sudut di rumah doa bukit Rhema (Pertiwi/detikTravel)
(Foto yang ini ijin repost dari web sebelah karena saya tidak sempat foto)


Wall Of Hope






Dari basement kami beranjak ke lantai dua bangunan. Yess,.makaann. (hehe). Di lantai dua tiket masuk ditukar dengan singkong keju yg ditambah sambal. Singkong keju dengan sambal?? Gimana rasanya?? Jujur saya tidak pernah mencoba makan singkong keju dengan sambal. Setelah saya coba ternyata rasanya enak sekali. Sepertinya setelah pulang nanti saya akan sering makan singkong keju dengan sambal :) .. Karena kami sangat lapar, kami pun mengambil beberapa makanan ringan lagi. Eitss..bukan mengambil tapi beli (hehe). Ada bakso bakar, baso ikan bakar, tempura bakar, tahu isi, pisang goreng coklat dan singkong goreng tepung (Ini makanan baru juga buat saya dan rasanya enak. Kapan-kapan saya akan mencoba membuatnya sendiri dirumah dengan lebih berbumbu lagi). Untuk yang dibakar-bakar dibandrol dengan harga Rp 5000/tusuk sedangkan untuk gorengan Rp 10.000/biji. Makanan yang sudah kita dapatkan kemudian kita bawa ke lantai 3 tempat café berada. Disana kami memesan Hilo Avocado (sepertinya café disini disponsori oleh produk Hilo karena TV disudut ruangan café selalu menayangkan iklan Hilo dan kebanyakan menu disini adalah dari produk Hilo).











Suasana café sangat nyaman dan sangat menenangkan karena berada diatas bukit. Dari atas sini kita dapat melihat hijaunya pepohonan dan tumbuhan di sekitar. Ditambah dengan birunya langit dan angin yang sepoi-sepoi membuat kami betah duduk berlama-lama disini.














Setelah cukup kenyang dan memutuskan untuk beranjak dari café (walaupun sebenarnya saya masih ingin leyeh-leyeh di cafe sambil menikmati suasana disini), kami menuju ke bagian depan bangunan dengan menaiki beberapa anak tangga menuju ke atas. Dari atas bangunan pemandangannya Subhanallah indahnya. Puncak Borobudur, gunung dan hamparan hijau terlihat sangat indah dilengkapi dengan birunya langit Magelang. Setelah puas menikmati pemandangan dan foto sana sini kami memutuskan untuk menuju ke lokasi berikutnya yaitu Candi Borobudur. 





Note: Sepulang dari Jogja saya baru tahu kalo Rumah Doa Bukit Rhema menjadi salah satu lokasi syuting film AADC2. Itu pun setelah saya browsing untuk melangkapi info di ulasan blog saya. haha.. Maklumlah saya belum nonton filmnya :)  #maafkan

No comments:

Post a Comment