Hari kedua
di Jogja rencana awal adalah melihat sunrise di Punthuk Setumbu, Magelang
dengan pemandangan Candi Borobudur
dengan background gunung Merbabu dan gunung Merapi. Ekspektasi saya seperti
itu, namun apa daya kenyataan kadang tak sesuai dengan ekspektasi. Niat hati
ingin berangkat kesana pagi-pagi sekali sebelum sang fajar menyingsing tapi
berakhir dengan berangkat jam 5.10 pagi dari tugu jogja.
Lokasi bukit Punthuk Setumbu tidak jauh dari
Candi Borobudur, tepatnya di Dusun Kerahan, Desa Karang Rejo, Borobudur,
Magelang. Waktu tempuh diperkirakan sekitar 1 jam perjalanan. Laju motor pun
dipercepat. Berharap dapat sunrise yang indah dari atas Punthuk Setumbu. Lalu
apakah yang terjadi? Kami sampai disana pukul 6 pagi. Hmm.. kecewa sekali,
karena sesampainya disana suasana pagi sudah mulai terang, pengunjung pun
banyak yang sudah turun kebawah. Semakin pesimis lah saya bisa melihat sunrise.
Motor diparkir dan segera membeli tiket masuk
seharga Rp 15.000/orang. Perjuangan pun
belum berakhir, kami harus menaiki banyak sekali anak tangga untuk menuju
keatas. Please jangan bertanya berapa anak tangga yang harus saya naiki karena
saya terlalu sibuk mengatur nafas, berjuang agar segera sampai diatas :( .
Setelah perjuangan yang cukup melelahkan serta
dibarengi dengan perut yang lapar, kami pun sampai di puncak Punthuk Setumbu
sekitar 20 menit kemudian. Namun bukannya melihat sunrise tapi yang didapat
adalah the sun shines, matahari yang bersinar terang. Ya tentu saja ini sudah
siang, sudah jam berapa sekarang.. Huft.. Hanya awan-awan kecil tipis yang
masih tersisa dengan Candi Borobudur dan Rumah Doa Bukit Rhema yang terlihat
dengan jelas. Sayang, saat saya abadikan dengan kamera gawai saya yang biasa
ini Candi Borobudur dan Rumah Doa Bukit Rhema tidak terlihat, hanya
background putih sinar matahari. Namun beberapa spot foto disini cukup
mengobati rasa kecewa saya.
Spot foto yang ada disini sekilas terlihat
seperti spot foto di Batu Flower Garden. Hanya saja perbedaannya jika di Batu
Flower Garden akan dikenakan tarif untuk setiap spot foto. Namun disini ada
petugas dari Punthuk Setumbu yang siap membantu kita mengabadikan moment di
spot-spot foto tersebut (jika tidak keberatan berilah tip untuk bapak-bapak
tersebut yang sudah menolong kita untuk mengabadikan moment di spot-spot foto
di Punthuk Setumbu). Perbedaan lain
adalah disini tidak ada hammock, sepeda udara maupun flying fox. Mungkin bisa
dijadikan masukan kedepannya agar fasilitas disini lebih lengkap lagi.
Di puncak Bukit Punthuk Setumbu juga terdapat gazebo dan kursi-kursi kayu untuk melepas lelah setelah treking yang melelahkan dan menunggu sunrise tiba. Tapi untuk saya gazebo dan kursi-kursi tersebut hanya berfungsi sebagai tempat untuk melepas lelah saja. Yaa, itu karena saya sampai sini sudah siang dan matahari sudah bersinar terang. Hikss… :(
Setelah cukup beristirahat dan mendinginkan
hati yang dongkol karena tidak kebagian sunrise di Punthuk Setumbu, kami pun memutuskan untuk berfoto di spot-spot foto
yang ada disitu.
Puas berfoto-foto saya masih berusaha mengumpulkan
tenaga untuk kembali kebawah menuruni banyak sekali anak tangga. Tapi apa daya
gara-gara kebanyakan membayangkan banyaknya anak tangga yang harus dilewati
maka keinginan turun bukit pun selalu urung dilakukan. Padahal suami mengajak
mengunjungi Rumah Doa Bukit Rhema.
Saat hati dilema itu, salah satu bapak petugas
menyarankan agar sekalian mengunjungi Rumah Doa Bukit Rhema saja karena
lokasinya cukup dekat dari Punthuk Setumbu. “Iya pak, sebentar saya masih
mengumpulkan niat dan tenaga”, jawab saya. Seolah bapanya mengetahui apa yang
saya pikirkan kemudian bapaknya bilang kalau tidak perlu melewati tangga saat
kami naik bukit tadi, jalur lebih cepat menuju ke Rumah Doa Bukit Rhema adalah
lewat jalan setapak di sisi kiri bukit Punthuk Setumbu. Sekitar 5 menit
perjalanan. Hanya saja jalannya sedikit licin dan basah karena embun jadi harus
berhati-hati. Mendengar jawaban dari bapak tersebut, suami pun semakin bersemangat
pergi kesana. Segala bujuk rayu pun dikeluarkan..Hmm.. tau deh ada maunya. Baiklah
keinginan dituruti asal jalannya pelan-pelan saja. Suami pun menyanggupi bahkan
menawarkan akan menggendong saya jika saya lelah (haha..) Perjalanan pun dilanjutkan
menuju Rumah Doa Bukit Rhema.
Note:
Bagi yang ingin mengunjungi Punthuk Setumbu dan melihat sunrise, waktu ideal
yang saya sarankan untuk sampai disana adalah pukul 5 pagi sebelum matahari
terbit. Jangan seperti saya yang kesiangan. Hiks.. Siapkan juga tenaga untuk
menaiki banyanya anak tangga disana. Semangat!! :)
No comments:
Post a Comment